Senin, 27 September 2010

sekapur sirih

Sebagai umat Islam kita harus yakin dan sebagai dan sebagai orang yang beriman harus konsisten dengan apa yang diimani
sehingga Insya Allah akan diberikan tempat yang aman dan damai sebagaimana yang disinyalir Rasulullah "Sesungguhnya iman (orang-orang yang beriman) benar benar akan berkumpul di Madinah sebagaimana ular berkumpul di sarangnya
(H.R Bukhari dan Muslim). Selain itu pula sahabat Abu Bakar menyatakan:"Tidak akan baik umat yang terbelakang melainkan hanya dengan sifat, cara kaifiat, yang pernah melaksanakan dulu untuk membangunnya pertama kali."
Dakwah terhadap umat memiliki spektrum yang sangat luas, namun semua itu tidak bernilai tanpa :bermuara pada Aqidah Tauhid. Yang pokok dalam masalah al-Islam adalah Ushuiuddin (pokok-pokok Dienul Islam). Dalam mempelajari ilmu Ushuluddin intinya yaitu Aqidah, sedangkan inti dari Aqidah adalah Tauhidullah, saripati Tauhidullah adalah
La ilaha il lallah) yang artinya tiada ilah kecuali Allah
,dan intisari kalimat La ilaha il-lallah adalah Allah
Risalah Tauhid ini dimaksudkan untuk menyampaikan amanat ilahi kepada umat dalam upaya menyatukan aqidah yang sudah menyimpang agar kembali kepada Aqidah Tauhidullah sebagai satu satunya aqidah yang haq (benar) karena setiap rasul
diutus untuk membawa Risalah Tauhid yang wajib disampaikan kepada umatnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah,, "Sesungguhnya kebenaran itu membimbing kepada kebaikan. maka sesungguhnya pula kebaikan itu membimbing (mengantar) ke jannah (surga)." Bahwa mencari kebenaran itu mutlak dan wajib, karena kebenaran itu akan mengantarkan ke pintu kebaikan dan kebaikan akan mengantar kepada kebahagiaan (jannah). Jangan berharap suatu pekerjaan akan bernilai baik serta bernilai jannah apabila tidak sumber dari yang benar terutama soal aqidah.
Menyangkut masalah aqidah, yang akan mengarahkan seluruh potensi yang dimihki setiap muslim dan meluruskan pandangan, metode, serta sikap hidupnya maka hal ini sangat penting sekali untuk mempelajari dan mengamalkan sesuai dengan aqidah yang benar sehingga hasil perbuatan yang kita lakukan tidak sia-sia. Jika dahulu umat Islam jumlahnya sedikit tetapi dapat mengalahkan yang berjumlah banyak, dan sekarang ini secara kuantitas jumlah umat Islam banyak tetapi malah terpinggirkan dan terpuruk di berbagai bidang kehidupan. Hal ini semua adalah menyangkut persoalan aqidah yang yang perlu diluruskan sesuai dengan al-Qur'an dan hal-hal yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah(as¬Sunnah). Sebab sampai saat ini kebanyakan umat Islam dalam persoalan aqidah hanya berpegang teguh kepada prasangka atau menduga-duga serta adat istiadat lingkungan yang membimbingnya.
Kalau kita perhatikan Allah mengutus Rasul¬Nya yang, selama 13tahuh lamanya berdakwah di Mekkah yang paling diutamakan adalah penanaman dan pengamalan Aqidah Tauhidullah yang kuat dan kokoh dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Sehingga dapat membentuk mental dan jiwa Bilal bin Rabbah , AmarbinYasir dan keluargannya serta para sahabat lainnya yang rela mendapat siksaan yang berat karena mempertahankan aqidahnya.
Nilai aqidah bagi setiap muslim adalah sangat penting dan sakral bahkan nilai ibadah apa pun juga akan nihil (nol) bila tidak bersumber dari aqidah yang benar. Dan sudah saatnya umat Islam sekarang ini meluruskan aqidahnya kepada aqidah yang benar sesuai dengan al-Qur'an dan as-Sunnah perlu untuk menghasilkan generasi seperti umat terdahulu.
catan ini menjelaskan tentang Aqidah Tauhidullah dengan jelas dan gamblang untuk meluruskan arah atau pandangan hidup, pola hidup, serta sikap hidup yang mesti dimiliki oleh seseorang yang mengaku dirinya sebagai muslim. Buku ini membahas; pertama mengenai Uluhiyah; kedua mengenai Rububiyah; dan ketiga mengenai Mulkiyah yang sangat jarang sekali dibahas.
catatan ini adalah sebagai bahan dialog dalam rangka membina aqidah bagi diri, keluarga, dan masyarakat muslim agar mencapai hidup fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah.
Sebagai suatu wacana keilmuan tentunya dalam buku ini banyak kekurangannya, sehingga memungkinkan terciptanya ruang perdebatan atau perbedaan penafsiran. Kami berharap tidak menanggapi buku ini secara emosional sehingga kita tidak dapat mencapai suatu kebenaran sebagaimana til man Allah k. dalam surah Yunus ayat 35-36.
"Apakah di antara sekutu-sekuturmu ada yang menunjuki kepada kebenaran?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran". Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? bagaimanakah kamu mengambil keputusan?
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran[690]. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Sebab itu kami mengharapkan masukan, kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan catan ini.
Akhir kalam kami ucapkan banyak terima kasih dan tujuan kami hanyalah mencari keridhaan Allah.
Semoga Allah tetap memberikan karunia dan pertolongan-Nya kepada setiap insan yang rela mengorbankan segala-galanya dalam rangka tegaknya Dien al-Islam secara murni dan konsekuen, Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar