Jumat, 01 Oktober 2010

(Ilah) PENGERTIAN ILAH (bagian pertama)

Ditinjau secara lughawi penggunaan kata ilah berasal dari:
Berlindung:
Mengharapkan, tidak pisah, mencari karena rindu, menyelamatkan:
Mengabdi, menyembah, cenderung,jaminan perlindungan, menolong:
Adapun makna ilah yang terkandung dalam kalimat Laa Ilaaha Illallah meliputi banyak pengertian yang sangat luas. Kalimat ilah yang diawali dengan kata Laa (tidak) dan disambung dengan kata illa (kecuali) menunjukkan penolakan segala bentuk peng-ilahan dan mengkhususkan hanya bagi Allah saja sehingga makna ilah menjadi pengertian khusus bagi Allah yang meliputi Asmaa-Nya.
Makna ilah yang tersusun dalam kalimat Tauhid tersebut ditinj au secara wahyu Allah mengandung banyak pengertian, yaitu sebagaimana berikut ini:
LAILIHA ILLA_LLAH
TIADA ILAH KECUALI ALLAH
1.tiada Sesembahan/Pengabdian
Kecuali Hanya Kepada Allah
Perhatikanlah beberapa ayat yang
menerangkan arti ilah sebagai "Tiada sesembahan/ pengabdian kecuali hanya kepada Allah":
"Bahwa kamu jangan mengabdi/menyembah kecuali hanya kepada Allah."
(Q.S. Huud(11): 2)
"Bahwa kita tidak mengabdi kecuali kepada Allah dan kita tidak menserikatkan-Nya dengan sesuatu pun." (Q.S. al-lmran(3): 64)
"Hanya kepada-Mu lah kami mengabdi dan hanya kepada-Mu jua kami mohon pertolongan". (Q.S. Al-Fatihah(1): 5)
Ma'buda di sini termasuk pula pengertian Mahmuda sehingga artinya menjadi "Tiada Pemujaan/Terpuji kecuali pada Allah": Laa Mahmuda
illa-llah berdasarkan surat: Al-Fatihah(1): 2:
Segala puji bag! Allah, Rab semesta alam.
As-Sajdah(32): 15:
Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman kepada ayat-ayat kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
Dan al-Jaatsiyah(45):36:
Maka bagi Allah lah segala puji, Rab langit dan Rab bumi, Rab semesta alam.
Tiada Pemimpin/ Pelindung/Penolong/Tempat Bersandar/Jaminan Keamanan dan Syafa'at Kecuali pada Allah;
Perhatikanlah beberapa ayat yang menerangkan arti ilah sebagai "Tiada Pemimpin/ Pelindung/Penolong/ Tempat Bersandar/ Jaminan Keamanan dan Syafa'at Kecuali Allah":
"Katakanlah: "Siapakah Rab langit dan bumi?" Jawabnya: 'Allah."Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung¬pelindungmu (Auliya) dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri ( QS.AR-rad(13):16)
"Sesungguhnya wali (pemimpin) kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman; yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)." (QS. Al¬Maidah (5):55)

"Dan orang-orang yang mengambil tempat bersandar (Auliya) selain Allah, Allah mengawasi perbuatan mereka, dan engkau (Muhammad) bukanlah pengawas bagi mereka." (QS.Asy-Syuura(42): 6)

"Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dan azab Allah) di bumi, dan kamu tidak mempunyai wali (pelindung) dan penolong seorangpun selain dari Allah." (QS.Asy-Syuura(42): 31)

"Dan tiada kemenangan kecuali dari pertolongan Allah yang Maha perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q. S. All lmran(3): 126)
"Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang¬-orang yang dikehendaki dan dindhoi." (Q.S. An-Najm(53): 26).
Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya Aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. (Q.S. adz¬Dzariyaat(51): 50).
Dari uraian ayat-ayat di atas dapat kita tarik pengertian bahwa wali tersebut mengandung makna yang dapat disusun menjadi:
"Tiada Rab (pucuk pimpinan) kecuali Allah"
"Tiada pertolongan kecuali datang dari Allah
"Tiada tempat bersandar/ mengadu/ berlindung kecuali kepada Allah
"Tiada syafaat kecuali dengan izin Allah"
Tiada Penguasa yang Gagah Perkasa, yang Dipertuan Agung dan Dipuja-puja Kecuali Hanya Allah.
Perhatikanlah beberap ayat yang menerangkan arti ilah sebagai "Tiada Penguasa yang Gagah Perkasa, yang Dipertuan Agung dan Dipuja¬-puja Kecuali Hanya Allah":
"Dan sekali-kali tidak ada ilah (yang berhak diabdi) selain Allah yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan/ Gagah Perkasa. (Q.S. Shaad(38): 65)
Dialah yang Berkuasa penuh atas sekalian hamba-hamba-Nya, dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui" (Q. S. al-An'aam(6): 18)

"Maka bertasbihlah dengan nama Rabmu yang Maha Besar" (Q.S. Al¬Waaggah(56): 96)
Dapat pula kita ambil susunan lain yang juga mengandung pengertian Qahar di dalamnya, yaitu:
"Tiada yang diagung-agungkan kecuali Allah
"Tiada yang dipertuan agung kecuali Allah"
Termasuk sederetan Asmaul Husna dapat digolongkan dalam makna qahar, meskipun qahar sendiri termasuk Asmaul-Husna, yaitu "yang Mulia lagi Perkasa, yang Maha Kuasa lagi dapat memaksa, yang Memiliki segala Keagungan dan Kebesaran"
Tiada Pemilik Kecuali Allah
Perhatikanlah beberapa ayat yang menerangkan arti ilah sebagai "Tiada Pemilik Kecuali Allah":


"Allah, tidak ada ilah (yang berhak diabdi) melainkan Dia yang Hidup kekal dan berdiri sendiri lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. (Q. S. al-Baqarah(2): 255)

"Milik Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi." (Q.S. al-Baqarah(2): 284)
"Bagi-Nyalah seluruh apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan apa yang ada di antara keduanya, dan juga apa yang ada di bawah tanah." (Q.S.Thoohaa(20): 6).

Karena Allah, sebagai pencipta dan semuanya menjadi milik Allah maka dapat dikatakan: berdasarkan surat Yaasiin(36): 82.
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia" (Q-S. Yaasiin(36): 82)

5. (La mulka ilallah )Tiada Kerajaan yang Mutlak Rajanya Kecuali Hanya Kerajaan Allah
Perhatikanlah beberapa ayat yang menerangkan arti ilah sebagai "Tiada Kerajaan yang Mutlak Rajanya Kecuali Hanya Kerajaan Allah":
"Katakaniah: Segala puji Allah yang tidak mempunyai anak, dan bagi¬Nya tidak ada serikat di dalam kerajaan-Nya, dan baginya tidak ada wali untuk memelihara dan kehinaan, maka agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besamya." (Q. S. al-Israa’(17): 111).

"Maha Suci Allah yang ditangan-Nya kekuasaan dan kerajaan atas segala sesuatu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (Q. S. Yaasiin(36): 83).
"Kepunyaan/ hak Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya, dan Dia maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. Al-Maidah(5): 120)

Di dalam kategori ini termasuk pula di dalamnya pengertian: "Tiada Khilafah, Daulah, Kesultanan, Pemerintahan, Republik, Dinasti, kecuali di dalam dan di bawah Kerajaan Allah." Di dalamnya sudah termasuk: "Tiada Raja, Imam, Sultan, Pangeran, Kaisar, Presiden, Pemimpin, Pembesar, kecuali seluruhnya dan di bawah genggaman kekuasaan Allah
6. (La hakama ila llah) Tiada Pembuat Hukum Serta Menghakimi Kecuali Hak Allah Perhatikanlah beberapa ayat yang menerangkan arti ilah sebagai "Tiada Pembuat Hukum Serta Menghakimi Kecuali Hak Allah":
"Tiada seorang wali pun bagi mereka selain dari pada-Nya, dan Dia tidak mengambil satu pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum." (Q.S. al-Kahfi(18): 26).

"Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih maka hukumnya kepada (keputusan) Allah. Demikian itulah Allah Rab kamu. Kepada-Nyalah aku bertawakal, dan kepada-Nyalah aku kembali." (Qs. Asy-Syuura(42): 10)
"Apakah patut aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan terperinci? (Q.S Al-An'aam(6): 114)
"Sesungguhnya hukum itu hanya hak wewenang Allah" (Q.S. Yusuf(12): 40)
7. (La mutho’a illa llah) Tiada yang Paling Diaati Kecuali Allah
Perhatikanlah beberapa ayat yang menerangkan arti ilah sebagai Tiada yang Paling Ditaati Kecuali Allah" :
"Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Q. S. Ai Imran(3): 32)
“Maka bertakwalah kepada Allah dan taatilah Aku. dan janganlah kamu mentaati orang-orang yang melewati Batas." (Q. S. Asy-Syu'araa(26): 150,
"Hanya kepada Allah sajalah sujud (taat) segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, baik taat secara suka rela maupun terpaksa, begitu Pula bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari. " (Q. S. Ar-Ra'd(13): 15).
Coba perhatikan ayat ini bagaimana bayang-bayang bersujud kepada Allah sedangkan kita yang aslinya gak pernah sujud /patuh kepada ketetapan Allah ternyata lebih taat bayang-bayang kita dari pada kita.
8. (La khosyayata illa llah Tiada yang Paling Ditakuti Kecuali Allah
Perhatikanlah beberapa ayat yang menerangkan arti ilah sebagai "Tiada yang Paling Ditakuti Kecuali Allah":
"Dan tiada takut kecuali hanya kepada Allah" (Q.S. At-Taubah(9): 18)

dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti.

"Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan." (Q. S. a l-Ahzab(33): 39).
"Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabnya dan takut kepada perhitungan hisab yang buruk." (Q.S. Ar-Ra'd(13): 21).

yaitu mengadakan hubungan silaturrahim dan tali persaudaraan.

. SEJAK KAPAN MENGENAI ALLAH?

Mengenai pertanyaan ini, perkenalan pertama dengan Allah Subhana wata’ala, tempat, cara menyaksikan-Nya dan saksinya adalah sebagai berikut:
dan (ingatlah), ketika Rabmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rab kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang¬orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah)". (Q.S al-A'raaf(7): 172)
1. Di mana dan Bagaimana Mengenal/ Menyaksi¬kan Allah
Posisi manusia dalam sulbi adalah sebuah proses akan diciptakannya manusia baru menjelang perpaduan antata ruh dan jasad dalam rahim ibu. Pada saat itu Allah mengambil syahadat (persaksian/sumpah) jiwanya (waasyhahadakhum a’laanfusahum) hal mana menunjukkan bahwa yang diminta syahadatnya adalah jiwa, sebab anfus dapat berarti jiwa atau ruh.
Tempat pengambilan syahadat jiwa adalah di alam jiwa itu sendiri, alam jiwa itu adalah bentuk alam ruh yang serba ghaib, tempat alam jiwa lain dengan alam rahim ibu.
Cara jiwa bersyahadat kepada Allah tentunya menurut tabiat jiwa itu sendiri, karena itu cara jiwa menyaksikan Allah pun secara kejiwaan.
Gambarannya dapat kita ambil contoh dari kalimat: yasyhadu manafi’u lahum "Agar mereka dapat menyaksikan
manfaat-manfaat."
Menyaksikan manfaat itu dapat dirasakan oleh jiwa, panca indera hanya menguatkan persaksian tersebut. Pengertian syahadat di sini adalah persaksian yang disaksikan oleh jiwa manusia. Begitu pula dalam hal menyaksikan Allah, jiwa merasakan benar adanya Allah; sebagai Rab dan panca indera membenarkan persaksian tersebut melalui hasil ciptaan Allah yang tampak. Persaksian jiwa tidak tergantung bentuk dan rupa obyek yang disaksikan, yang tergantung dengan obyek bentuk rupa itu hanya panca indera saja. Maka dalam hal jiwa menyaksikan Allah yang Maha Ghaib adalah jelas, sebagaimana jelasnya mata kepala menyaksikan bulan purnama.
2. Siapa yang Menjadi Saksinya?
Dalam surat al-A'raf(7): 172 di atas seluruh dhamir menunjukkan kata jama' hum: mereka, Kum kamu, naa kami, dan kalimat: durriyyat wa asyhaduhum a’la anfusihim alastu birobbikum qolu bala syahidna
Semuanya dikembalikan pada arti jiwa. Berarti syahadat jiwa sama-sama disaksikan oleh jiwa orang lain, dan itulah saksinya.
3. Kesimpulan
Kesimpulan semua jawaban di atas adalah, bahwa setiap orang telah mengenal Allah sebelum dilahirkan ke dunia, yakni tempatnya di alam jiwa (ruh), menyaksikan-Nya (Allah) secara kejiwaan dan syahadatnya disaksikan oleh jiwa jiwa(ruh) yang lain.
C. MENGAPA HANYA ALLAH SAJA SEBAGAI ILAH?
Mengenai jawaban tentang orang yang hanya berrsyahadat tauhid dapat kita ambil kesimpulan dalam surat ar-Rum(30): 30 sebagai salah satu jawaban tepat : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (ltulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (Q,S. ar-Rum(30): 30)
Kalimat (wajhaka) mengandung arti wajah, muka,
pandangan. Perintah menghadapkan wajah menunjukkan telah sempurnanya jiwa dan raga orang dewasa di alam dunia, sebab perintah untuk ber-dien itu tidak ditujukan kepada orang yang cacat jiwa dan raganya, atau bukan ditujukan kepada anak-anak yang belum akil baligh dan orang yang sudah meninggal dunia.
Syahadat manusia kepada Allah sebelum dilahirkan ke dunia adalah telah menjadi bentuk fitrah setiap orang, karena Itu setiap orang yang telah lahir ke dunia terikat dengan fitrahnya itu sehingga setiap insan jika tidak menjadikan Allah sebagai Rab-nya tetap saja dia jadikan siapa pun sebagai Rab.
Maka Allah menurunkan pandangan Rububiyahnya sesuai dengan fitrah Allah pada setiap insan, hanya saja kebanyakan manusia sudah tidak tahu lagi terhadap syahadat yang pernah diikrarkannya sebelum dilahirkan ke dunia.
Orang yang menerima Dienullah itu tentulah disebabkan adanya orang yang mendakwahinya dan adanya faktor keyakinan terhadap seruan tersebut. Begitu pula sekarang, bagaimana pun kita semua tidak akan dapat ber-dien secara lurus/benar dengan sendirinya tanpa adanya para Waliyullah yang telah menyampaikan Risalah Tauhid hingga sampai kepada kita. Orang yang menerima Dienullah di dalamnya dijelaskan mengenai ajaran Tauhid, misalnya:

"Maka ketahuilah, bahwa tiada ilah kecuali Allah." (Q.S. Muhammad(47): 19).

Setelah mengetahui Tauhidullah tersebut barulah orang yang yakin segera bersyahadat untuk mengaku dan bersumpah atau bersaksi bahwa Allah saja sebagai ilah dan menolak selain-Nya.
Jika jawaban ini kita simpulkan dapat kita susun ngan kalimat:
"Karena saya meyakini kebenaran Ad-Dien yang sesuai dengan fitrah manusia ketika dakwah tersebut sampai kepada saya setelah dilahirkan ke dunia atau setelah akil baligh; yang di dalamnya menerangkan bahwa Tiada ilah kecuali Allah. Maka saya tidak ragu-ragu untuk menyatakan bahwa tiada ilah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah."
Demikianlah keterangan singkat mengenai Allah,yang wajib dipelajari bagi setiap muslim dan muslimat; sebagai keyakinan paling utama dan rukun iman yang pertama. Karena pemahaman dan keyakinan yang kuat terhadap ke-esaan Allah maka seperti Bilal bin Rabah sanggup menerima siksaan dari majikannya,dengan nafas terputus-putus beliau mengucapkan, Ahad….Ahad…Ahad…